Prof. Dr. Nandan Limakrisna Pakar Ekonomi dan Manajemen Strategik – Universitas Persada Indonesia YAI. Jakarta.
Oleh: Prof. Dr. Nandan Limakrisna
Pakar Ekonomi dan Manajemen Strategik – Universitas Persada Indonesia YAI. Jakarta.
Abstrak
IHSG yang menguat sering kali tidak diikuti oleh apresiasi nilai tukar rupiah. Fenomena ini menggambarkan ketidaksinkronan antara pasar keuangan dan kondisi ekonomi riil. Diperlukan kebijakan terintegrasi antara fiskal, moneter, dan industri untuk memastikan kenaikan IHSG mencerminkan kekuatan fundamental, sekaligus menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan global. Makalah ini menawarkan langkah strategis dan konkret bagi Pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi nasional yang berdaya saing dan berdaulat.
Pendahuluan
Beberapa waktu terakhir, publik menyaksikan fenomena unik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan, sementara rupiah justru melemah terhadap dolar AS.
Padahal keduanya sering dipandang sebagai cerminan dari kesehatan ekonomi nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar saham optimistis, tetapi pasar valuta asing masih cemas.
IHSG mencerminkan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan domestik, sementara nilai tukar rupiah menggambarkan arus modal, ekspor-impor, dan kekuatan cadangan devisa. Ketika keduanya tidak sejalan, artinya optimisme di sektor finansial tidak diimbangi oleh kekuatan sektor riil.
Akar Masalah: Optimisme Pasar Modal vs Tekanan Makro Global
Ada beberapa penyebab utama mengapa IHSG dapat naik sementara rupiah melemah:
- Ketergantungan impor yang masih tinggi terhadap energi, pangan, dan bahan baku industri, sehingga permintaan dolar tetap besar.
- Defisit transaksi berjalan yang menyebabkan aliran dolar keluar lebih banyak dari masuk.
- Investasi asing jangka pendek (hot money) yang masuk ke pasar saham, tetapi sewaktu-waktu keluar kembali.
- Kebijakan suku bunga The Fed yang tinggi, membuat dolar AS menjadi aset “safe haven” bagi investor global.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG belum tentu mencerminkan kekuatan fundamental ekonomi nasional, melainkan bisa karena rotasi aset jangka pendek dan sentimen pasar.
Sinkronisasi Kebijakan Moneter dan Fiskal
Agar IHSG dan rupiah bergerak harmonis, pemerintah dan otoritas moneter perlu menciptakan strategic alignment antara kebijakan fiskal, moneter, dan industri.
1. Kebijakan Fiskal yang Produktif
- Percepat belanja infrastruktur dan proyek padat karya agar daya beli meningkat dan sektor riil berputar.
- Berikan insentif pajak bagi industri berorientasi ekspor dan reinvestasi domestik.
- Dorong hilirisasi industri untuk menambah nilai tambah ekspor dan menekan ketergantungan pada bahan mentah.
2. Kebijakan Moneter yang Menjaga Daya Tarik Rupiah
- Perkuat cadangan devisa dengan memperluas sumber ekspor non-migas dan meningkatkan devisa pariwisata.
- Pertahankan suku bunga yang kompetitif, menjaga daya tarik aset rupiah tanpa membebani sektor riil.
- Dorong penggunaan rupiah dalam transaksi internasional (local currency settlement), khususnya dengan negara mitra seperti ASEAN dan Tiongkok.
3. Kebijakan Industri dan Investasi
- Bangun klaster industri unggulan daerah yang memiliki potensi ekspor berkelanjutan.
- Tingkatkan kemudahan berusaha (ease of doing business) dan kepastian hukum agar investasi jangka panjang tumbuh.
- Fasilitasi investasi hijau (green investment) dan ekonomi digital, dua sektor masa depan yang diminati investor global.
Peran BI dan OJK dalam Menjaga Kepercayaan Pasar
Stabilitas rupiah tidak hanya bergantung pada pasar valuta asing, tetapi juga pada kepercayaan investor terhadap sistem keuangan nasional.
- Bank Indonesia (BI) perlu melanjutkan strategi triple intervention (pasar spot, DNDF, dan SBN) secara selektif, sambil menjaga ketersediaan likuiditas rupiah di pasar domestik.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memastikan tata kelola perusahaan publik transparan dan kredibel agar pasar saham mencerminkan kinerja yang sebenarnya.
- Pengembangan produk keuangan syariah dan berkelanjutan (green sukuk, ESG funds) akan memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor jangka panjang.
Optimalisasi Dana Domestik: Kemandirian Finansial Nasional
Rupiah akan kuat apabila sumber devisa dan modal domestik menjadi pilar utama pembiayaan pembangunan.
Tiga strategi penting dapat dilakukan:
- Mendorong ekspor non-tradisional dan pasar baru seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
- Menggerakkan dana pensiun, asuransi, dan BUMN agar lebih banyak berinvestasi di proyek nasional dan pasar modal domestik.
- Melibatkan diaspora Indonesia dalam investasi langsung melalui insentif dan mekanisme investasi digital global.
Dengan demikian, IHSG akan naik karena fondasi ekonomi yang sehat, bukan karena spekulasi jangka pendek.
Momentum Psikologis dan Kepercayaan Publik
Dalam dunia pasar keuangan, kepercayaan adalah mata uang paling berharga.
Pemerintah perlu membangun market confidence melalui komunikasi publik yang jelas, kredibel, dan konsisten.
- Publikasikan secara rutin peta jalan ekonomi jangka menengah agar pelaku pasar memahami arah kebijakan.
- Jaga koordinasi lintas lembaga (Kemenkeu, BI, OJK, Kemenperin, BKPM) agar kebijakan tidak saling bertentangan.
- Bangun narasi optimisme ekonomi nasional yang realistis, berbasis data, bukan euforia sesaat.
Sebagaimana dikatakan oleh ekonom Joseph Stiglitz, “Confidence is the cheapest stimulus.”
Kepercayaan publik terhadap arah ekonomi nasional dapat menguatkan rupiah bahkan sebelum intervensi pasar dilakukan.
Kesimpulan
Kenaikan IHSG dan penguatan rupiah hanya akan berkelanjutan bila:
- Sektor riil tumbuh konsisten,
- Ekspor bernilai tambah meningkat,
- Modal domestik mengalir kuat, dan
- Kebijakan fiskal–moneter terintegrasi.
IHSG mencerminkan harapan, Rupiah mencerminkan kekuatan. Ketika keduanya berjalan beriringan, maka ekonomi Indonesia akan berdiri di atas pondasi yang kokoh — berdaulat, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Penutup
Pemerintah Indonesia menghadapi momentum strategis untuk memperkuat ekonomi nasional.
Sinergi antara kebijakan fiskal yang produktif, moneter yang stabil, dan industri yang berdaya saing akan menjadi kunci agar IHSG terus naik dan rupiah kembali perkasa.
Saat dunia usaha bergairah, keuangan stabil, dan kepercayaan publik tumbuh, maka Indonesia bukan hanya menjadi pasar bagi dunia — tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi baru yang disegani di kawasan.
